Selasa, 04 November 2014

MENIKAH

Episode : Generasi KB

Diusia saya dan teman - teman sebaya saat ini, mungkin adalah masa - masa "KEMAWIN", menurut salah satu teman (kemawin bersal dari kata dasar KAWIN, yang mendapat seselan huruf -m ditengah, bisa dikoreksi dibuku pepak bahasa jawa)
Usia saya sekarang menginjak 24 tahun, pun begitu dengan teman - teman sebaya saya, berkisar antara itu. Usia kami adalah usia dimana kami sudah lulus kuliah, sudah mencecap bagaimana rasanya mencari nafkah untuk diri sendiri dan sudah mulai memapankan hati untuk mencari seorang suami/istri.
Disadari atau tidak, kami adalah hasil didikan peralihan dari orangtua kami yang dilahirkan dengan banyak saudara (karena sepengetahuan saya, jaman kakek nenek saya dahulu program KB masih dalam tahap pengenalan). Dalam cerita ini, bukan KB yang ingin saya bahas, akan tetapi benang merah yang ada didalamnya. Dari generasi kakek nenek dan pendahulunya, lahirlah anak dengan jumlah saudara yang banyak, rata-rata dalam 1 keluarga memiliki lebih dari 5 orang anak.Didalamnya terdapat ayah dan ibu kita yang terbiasa memiliki banyak saudara. Kemudian setelah program KB berhasil, lahirlah kita dengan jumlah saudara yang sedikit, rata-rata dalam satu keluarga memiliki tidak 1-3 anak saja.

Lalu apa hubungan semua ini dengan KAWIN, MENIKAH, dan PERNIKAHAN?
Tentu saja hal ini berhubungan. Dampak yang terjadi pada generasi kita akan coba saya bahas satu persatu.

1. Orang tua kita terbiasa hidup mandiri, sedangkan kita terbiasa dimanjakan
 Sejak kecil orangtua kita sudah terbiasa melakukan segala sesuatu secara mandiri, dari hal kecil seperti makan dan mandi sendiri ketika usianya masih terbilang dini, hingga mereka bisa bekerja dan menghidupi dirinya sendiri. Bahkan banyak dari orangtua kita yang terbiasa membantu orangtua mereka (red:kakek nenek) bekerja menjaga adik maupun membantu pekerjaan rumah tangga.
Sedangkan kita, terbiasa dimanjakan orangtua kita yang begitu rajinnya, terkadang karena saking dimanjanya, karena hanya mempunyai sedikit anak, sampai si anak tumbuh dewasa pun, untuk melayani kebutuhan sendiri, masih harus dimanja oleh ayah dan ibu, hal kecil seperti minum susu pun, masi dibikinkan (survai).

2. Orang tua kita terbiasa makan nasi berkat, sedangkan kita disuruh makan pun ogah
Percayakan kalian, jika orangtua kalian terbiasa hidup prihatin? kalian pasti sering mendengar orangtua kalian dahulu sering makan nasi "berkat" (nasi hajatan yang berisi lauk pauk, yang lebih banyak nasinya daripada lauknya, ditempatkan pada tempat ceting/piti), orangtua kalian dahulu pasti akan sangat senang menunggu nasi berkat dan berebut dengan saudara - saudara nya yang lain.
Sedangkan kita, pasti sekarang jika ada nasi berkat, hanya dibiarkan tergeletak di meja makan, malas memakannya, pilih lauk lain yang lebih enak dimeja makan, ada ayam, ada ikan, semua tersedia banyak.
Kita ogah-ogahan makan kalau lauknya tidak sesuai selera, pdahal orangtua kita dulu, mau makan apapun, asalkan mereka kenyang.

3. Orangtua kita terbiasa mengawali sesuatu dari nol, sedangkan kita terbiasa dari tengah, bahkan sudah diatas
Jaman orangtua kita, telah biasa berbagi, telah biasa merasakan bagaimana perjuangan, dengan rumah seadanya, dengan saudara mereka yang banyak, telah terbiasa dengan keadaan semacam itu. Sehingga, ketika mereka menikah, tanpa banyak khawatir mereka menikah. "sudahlah nok, ibu sama bapak menikah dulu juga dari nol, tidak punya apa - apa, hanya mengandalkan gaji bapakmu saja, toh Alhamdulillah hingga sekarang bapak dan ibu bisa seperti ini.
Menurutku sekarang tidak semudah itu, kita generasi yang terbiasa sudah ada, lalu bagaimana jika kita kemudian memulai sesuatu dari nol juga? tinggal dirumah kontrakan, berhemat demi membangun rumah, menurutku itu bukanlah sesuatu hal yang mudah.

4.Jaman orang tua kita dulu menikah belum ada gadget, sekarang gadget merupakan lifestyle
Hidup jaman dahulu lebih tenang mungkin, hal pokok hanya 3, SANDANG, PANGAN, PAPAN
Jaman kita, kita akan lebih susah, karena hal pokok kini sudah meningkat menjadi 4, yakni, GADGET, SANDANG, PANGAN, PAPAN. tidak bisa dipungkiri untuk pemenuhan gadget saja, kita butuh kocek yang tidak sedikit, coba kalian hitung sendiri, ya kan? dana yang dikeluarkan akan cukup fantastis. Dan ketika kita menikah, kita harus siap dengan semua kebutuhan tersebut.

5.Orangtua kita dulu terbiasa membantu, kita sekarang terbiasa ada pembantu
Teman, sadarkah kalian orangtua kita bisa melakukan segala hal secara mandiri, mulai dari memasak, mengurus rumah tangga, merawat anaknya yang masih kecil, misalpun ada hal yang orangtua kita ngga bisa, kita masih bisa diurus dengan baik oleh pembantu dirumah.
Pada generasi KB seperti kita, masihkah kita bisa mengandalkan pembantu? Menurut saya tidak, kenapa?
Karena pembantu sekarang adalah didikan generasi KB juga seperti kita. Pernah saya survai, anak - anak dari desa, bisakah kalian memasak? mengurus anak kecil? bersih - bersih? mencuci dan menyetrika? jawaban lebih banyak tidaknya dari pada bisa nya. Kemudian, jarang pula anak - anak desa yang mau menjadi pembantu rumah tangga, mereka pasti lebih memilih bekerja dipabrik, agar lebih keren jika diupload difacebook.

Demikian sharing dari saya, jadi menurut hemat saya, sebagai generasi KB, kita punya tanggung jawab yang besar ketika akan memutuskan untuk menikah, karena kita harus siap mental menghadapi tantangan perubahan zaman yang sedikit sudah saya sampaikan diatas, berjuanglah generasi KB, berpikirlah, belajarlah, mantapkanlah, kemudian yakinlah jika kita kelak bisa menjadi orang tua yang baik untuk generasi penerus sesudah kita.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar